Rabu, 11 Juni 2014




KIMIA ORGANIK


LABORATORIUM








              Percobaan :  METIL SALISILAT
         
              Penulis :
                  Maulana Adi Wibowo           NRP. 2313 030 025

            

             Tanggal Percobaan         : 9 Mei 2014
             Tanggal Penyerahan       : 9 Mei 2014
             Dosen Pembimbing        : Warlinda Eka Triastuti, S.Si. MT.
             Asisten Laboratorium     : Didik Mujayadi. Amd



PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
                                                  2014





ABSTRAKSI

Percobaan pembuatan metil salisilat bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan metil salisilat dengan metode pemanasan reflak tegak dan destilasi.
Untuk pembuatan metil salisilat ini dilakukan dengan cara menimbang asam salisilat sebanyak 28 gram, kemudian memasukkan 28 gram (0,2 mol) kedalam labu destilat dan mencampurkan dengan metanol sebanyak 81 mL serta asam sulfat (H2SO4) sebanyak 8 mL. Mengocok campuran asam salisilat, metanol, dan H2SO4 hingga larut, agar dapat terbentuk metil salisilat. Proses selanjutnya adalah mendestilasi campuran asam salisilat, metanol, dan H2SO4 selama 2,5 jam dengan suhu 70O C serta memastikan metanol tidak lagi menetes. Kemudian residu dari metil salisilat pada labu destilat dimasukan pada corong pemisah dengan menambahkan 150 mL aquadest dan mengocoknya hinga tercampur rata. Kemudian memisahkan metil salisilat ke dalam cawan porselin dan mengovennya sehingga kadar air yang terkandung di dalam metil salisilat habis. Proses selanjutnya adalah mendinginkan metil salisilat yang sudah dioven ke dalam desikator agar suhunya berubah menjadi suhu ruangan. Tahap terakhir adalah menimbang metil salisilat agar didapatkan berat metil salisilat yang dihasilkan.

Dari hasil percobaan tersebut didapatkan berat produk metil salisilat sebesar 40,193 gram, dengan persen kesalahan 45,91%. sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa semakin lama pemanasan dengan reflak tegak, maka reaksi yang terjadi antara asam salisilat, metanol, dan H2SO4 untuk menghasilkan metil salisilat semakin sempurna.




BAB I
PENDAHULUAN

II.1 Latar Belakang
 Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
Berdasarkan penggunaannya, pemakaian obat terdiri dari obat luar dan obat dalam. Obat luar merupakan obat yang digunakan diluar tubuh. Obat luar bekerja secara lokal atau bekerja pada jaringan setempat. Misalnya pengobatan topikal, yaitu memberikan obat secara lokal pada kulit. Seperti Neo rheumachyl krim, sebagai salah satu contoh obat luar. Sedangkan obat dalam yaitu obat yang didistribusikan atau langsung dimasukkan ke dalam tubuh. Contohnya, tablet analgetik (Ansel, 2005).
Metil salisilat merupakan cairan dengan bau khas yang diperoleh dari daun dan akar wangi (gaultheria procumbens). Berfungsi sebagai anti iritasi. Metil salisilat merupakan salah satu turunan dari asam salisilat. Senyawa ini dapat digunakan sebagai antiiritan dan karminatif dan juga pada rematik. Penggunaan obat ini sangat luas di masyarakat dan digolongkan ke dalam obat bebas.
Metil salisilat dapat dibuat melalui esterifikasi asam salisilat.Penggunaan zat ini dalam pengobatan didasarkan pada kenyataan bahwa asam salisilat itu bermanfaat terhadap respon fisiologi. Jika terjadi penyerapan maka penyerapan mudah terjadi melalui membrane usus, aksi rancangan dan eleminasi melalui esterifikasi turunan gugus karboksilat. Dengan metana lain dan juga melalui esterifikasi untuk turunan asetil yang sedikit asam dibandingkan fenol dan asam karboksilat.
Melihat manfaat dari reaksi esterifikasi ini terutama pengaplikasiannya dalam sintesis senyawa obat maka reaksi ini penting sekali untuk dipelajari oleh seorang farmasis. Senyawa metil salisilat dapat disintesis dari asam salisilat yang direaksikan dengan metanol absolut dengan katalisator asam kuat dan metoda refluks karena reaksinya yang berjalan lambat.

I.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari percobaan ini adalah :
1.   Bagaimana cara pembuatan metil salisilat dengan metode pemanasan reflak tegak dan destilasi?
2.   Bagaimana cara menghitung rendemen dari pembuatan metil salisilat?
I.3 TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1.    Mengetahui cara pembuatan metil salisilat dengan metode pemanasan reflak tegak dan destilasi.
2.    Mengetahui cara menghitung rendemen dari pembuatan metil salisilat.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Asam Salisilat
     Asam salisilat, asam asetilsalisilat (aspirin), asetanilida, dan salisin, suatu kandungan kulit kayu Salix alba, menggambarkan bentuk asli kelompok obat ini. Di samping meringankan nyeri, zat ini mempunyai aktivitas antipiretik. Semuanya mempunyai aktivitas antiradang yang bermanfaat, kecuali anilida yang sederhana (Foye, 1981).
Asam salisilat memiliki rumus molekul C6H4COOHOH berbentuk kristal berwarna merah muda terang hingga kecokelatan yang memiliki berat molekul sebesar 138,123 g/mol dengan titik leleh sebesar 1560C dan densitas pada 250C sebesar 1,443 g/mL. Mudah larut dalam air dingin tetapi dapat melarutkan dalam keadaan panas.Asam salisat dapat menyublim tetapi dapat terdekomposisi dengan mudah menjadi karbon dioksida dan phenol bila dipanaskan secara cepat pada suhu sekitar 2000C(wikipedia, 2011).
Asam asetilsalisilat menghambat siiklooksigenase dengan cara mengasetilasi sisi aktif. Hubungan potensi obat ini sebagai obat antiradang, sebagai penghadang prostaglandin sintetase dan sebagai penghilang nyeri, tidak sempurna (Foye, 1981).
Pembuatan asam salisilat dalam praktikum ini dilakukan dengan menghidrolisis metil salisilat dengan katalis basa. Prinsip percobaan ini adalah reaksi hidrolisis ester denganmenggunakan NaOH sebagai katalis basa. Metode yang digunakan adalah metode refluks,metode kristalisasi, dan metode rekristalisasi. Metil salisilat akan membentuk garam natrium salisilat saat direaksikan dengan NaOH yang kemudian akan membentuk asam salisilat saatdireaksikan dengan H2SO4. Asam salisilat yang diperoleh merupakan kristal putih dengan bentuk kristal kecil dan rapuh (Bachtiar, 2014).

II.2 Pengertian Metil Salisilat
Metil salisilat adalah cairan bening kemerahan dengan bau Wintergreen. Tidak larut dalam air tetapi larut dalam alkohol dan eter. Metil salisilat telah digunakan untuk pengobatan sakit syaraf, sakit pinggang, radang selaput dada, dan rematik. Metil salisilat adalah komponen utama obat gosok pada minyak angin.Metil salisilat terkandung dalam minyak gandapura (Gaultheria Fragrantissima) yang merupakan tanaman minyak astiri yang cukup potensial dan terkandung pada minyak aromatik dari bunga, daun, dan kulit batang tumbuhan lainnya. Didalam tubuh, metil salisilat di hidrolisis menjadi asam salisilat yang mempunyai efek serupa dengan aspirin. Metil salisilat adalah cairan kuning kemerahan dengan bau wintergreen.Tidak larutdalam air tetapi larut dalam alkohol dan eter.Metil salisilat sering digunakan sebagai bahan farmasi, penyedap rasa pada makanan, minuman, gula-gulaan, pasta gigi, antisqeptik dankosmetik serta parfum. Metil salisilat telah digunakan untuk pengobatan sakit syaraf, sakit pinggang, radang selaput dada dan rematik, juga sering digunakan sebagai obat gosok dan balsam. Secara teknik metil salisilat pun digunakan sebagai bahan pencelup pada fiber polyester, fiber tracetate dan fiber sintetik lainnya.(Bachtiar, 2014)
Ester dapat diperoleh dari reaksi esterifikasi dengan cara merefluks sebuah asam karboksilat bersama sebuah alkohol dengan katalis asam dan dapat juga diperoleh dari alkoholisis asam klorida, asam anhidrida dan nitril. Asam yang digunakan sebagai katalis biasanya asam sulfat atau asam lewis dan asam hidroklorida.(Pramugiyan, 2010)
Jika ditambahkan sejumlah besar katalis asam, katalis mengubah lingkungan dalam sistem dan sebagian dihilangkan melalui hidrasi air terbentuk dalam reaksi ini.Untuk membuat sebuah ester kecil seperti etil etanoat, anda bisa memanaskan secara perlahan sebuah campuran antara asam metanoat dan etanol dengan bantuan katalis asam sulfat pekat, dan memisahkan ester melalui distilasi sesaat setelah terbentuk.Ini dapat mencegah terjadinya reaksi balik (Pramugiyan, 2010).
Pemisahan dengan distilasi ini dapat dilakukan dengan baik karena ester memiliki titik didih yang paling rendah diantara semua zat yang ada. Ester merupakan satu-satunya zat dalam campuran yang tidak membentuk ikatan hidrogen, sehingga memiliki gayaantar-molekul yang paling lemah (Pramugiyan, 2010).
Ester-ester yang lebih besar cenderung terbentuk lebih lambat.Dalam hal ini, mungkin diperlukan untuk memanaskan campuran reaksi di bawah refluks selama beberapa waktu untuk menghasilkan sebuah campuran kesetimbangan. Ester bisa dipisahkan dari asam karboksilat, alkohol, air dan asam sulfat dalam campuran dengan metode distilasi fraksional.

Gambar II.1.2 reaksi esterifikasi

II.3 Turunan Asam Salisilat
     Sejak zaman dulu, efek dari Cortex salicis telah dikenal dan simplisia ini cukup luas penggunaan yang sebagai obat.Zat berkhasiat disini adalah asam salisilat, yang terjadi dari O-hidroksiben-zilalkohol setelah reaksi metabolisme oksidatif.Kandungan sesungguhnya dari simplisia ini adalah saligenin, yang pemutusan glikosidanya mudah terjadi (Ebel, 1992).
     Asam salisilat bebas hanya mempunyai efek anti piretik dan analgetik yang kecil. Karena timbulnya rangsangan pada mukosa lambung akibat diperlukannya dosis yang tinggi, maka asam salisilat hanya digunakan dalam bentuk garamnya. Turunan yang terpenting adalah asam asetilsalisilat yang aktivitas analgetik, antipiretik tetapi juga antiflogistiknya besar. Disamping itu asam asetil salisilat yang termikroenkapsulasi digunakan juga sebagai inhibitor aglutinasi (Colfarit) (Ebel, 1992).
Yang juga dinamakan – terutama karena kelarutannya yang lebih baik dalam air – adalah garam dari asam asetil salisilat dengan D,L-lisin (Aspisol®) (Ebel, 1992).
     Dengan memasukkan gugus asam karbonat pada amida asam akan didapat preparat dengan spectrum penggunaan yang sama seperti asam asetilsalisilat, akan tetapi senyawa ini dapat diterima tubuh dengan lebih baik (Ebel, 1992).
     Dalam drage untuk flu, sebagai komponen yang berkhasiat analgetik digunakan senyawa yang merupakan turunan salisilamida dan praktis bergabung dengan fenmetrazin.Saletamida – turunan salisilamida yang tersubstitusi dengan basa –digunakan sebagai anestetika lokal (Ebel, 1992).
     Dengan penutupan cincin antara N amida dan gugus hidroksi fenolik pada posisi O, akan didapat turunan benzoksazin. Juga disini, karena tidak adanya gugus karboksil, obat yang didapat dapat lebih ditolerir tubuh.Klortenoksazin mempunyai kerja antipiretik dan antiflogistik.Dalam kombinasi bersama fenibutazon, juga digunakan pada serangan infeksi flu (Fiobrol) (Ebel, 1992).
     Seklazon merupakan juga turunan benzoksazin dan dapat diturunkan dari 5-Klorsalisilamida. Senyawa ini menunjukkan kerja antiinflamasi yang cukup besar (Ebel, 1992).
     Sampai saat ini penelitian yang sistematis masih terus dilakukan, untuk mendapatkan senyawa yang bekerja cepat dan dapat diterima dengan baik oleh tubuh. Walaupun demikian, penggunaan asam asetilsalisilat tiap tahun, hanya di amerika serikat saja sudah sekitar 8000-10000 ton.Salah atu senyawabaru disini adalah flufenisal, yang sekitar 5 kali lebih kuat daripada asam asetilsalisilat, dan meskipun demikian dapat diterima dengan baik oleh tubuh (Ebel, 1992).
     Pada biotransformasi turunan asam salisilat, dengan hidroksilasi cincin aromatisnya akan terbentuk turunan asam gentisat, yang menunjukkan kerja analgetik, antipiretik dan antireumatik. Asam gentisat (sebagai garam Na+; sebagai garam dengan amidopirin : Gentamidon) dan gentisinamida digunakan sebagai antireumatika (Ebel, 1992).
     Dulu orang menduga bahwa kerja turunan asam salisilat pada penyakit reumatik didasarkan atas hambatan pada hialuronatliase. Ternyata kerja semacam ini yang jauh lebih besar dicapai oleh asam gentisat.Kemudian diketahui bahwa turunan asam salisilat (terutama asam asetilsalisilat) terutama bekerja pada sintesis prostaglandin.Seperti juga indometasin, senyawa ini menghambat kompetitif pembentukan endoperoksida siklis dari asam lemak jenuh (Ebel, 1992).
     Dari ester asam salisilat, a.l. metil esternya masih digunakan sebagai obat luar pada reumatik otot, sedangkan fenil esternya yang dulu digunakan sebagai obat dalam pada pengobatan reumatik, saat ini peranannya kecil dan hanya sebagai antiseptikum (Ebel, 1992).

II.4 Esterifikasi
Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol membentuk ester. Turunan asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat. Ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus -CO2 R dengan R dapat berupa alkil maupun aril. Esterifikasi dikatalisis asam dan bersifat dapat balik (Fessenden, 1981).
Laju esterifikaasi asam karboksilat tergantung pada halangan sterik dalam alkohol dan asam karboksilat. Kekuatan asam dari asam karboksilat hanya mempunyai pengaruh yang kecil dalam laju pembentukan ester (Anonima, 2009).
Ester dihasilkan apabila asam karboksilat dipanaskan bersama alkohol dengan bantuan katalis asam. Katalis ini biasanya adalah asam sulfat pekat. Terkadang juga digunakan gas hidrogen klorida kering, tetapi katalis-katalis ini cenderung melibatkan ester-ester aromatik (yakni ester yang mengandung sebuah cincin benzen) (Clark, 2007).
Asam salisilat merupakan salah satu bahan kimia yang cukup penting dalam kehidupan sehari-hari serta mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi karena dapat digunakan sebagai bahan intermediat dari pembuatan obat-obatan seperti antiseptik dan analgesik (Supardani, dkk., 2006).

II.5 Sintesis
     Walaupun jalur sintesis ini terlihat amat mudah, amatlah sulit untuk mengatur reaksi sehingga didapat hasil optimal.Komponen utama yang mula mula terjadi adalah suatu semiester asam karbonat.Selama fase ini suhu reaksi tidak boleh melampaui batas tertentu (sekitar 350C), karena terjadi reaksi sampingan. Kemudian barulah pada suhu tinggi (1750C tekanan berlebih CO2) akan tersubstitusi (Ebel, 1992).
                                           
II.6 Stabilitas
     Asam asetil salisilat pada peyimpanan dibawa pengaruh kelembapan udara, relatif mudah terurai menjadi asam salisilat dan asam asetat.Berbagai farmakope memberi batasan jumlah asam salisilat yang boleh ada dalam asam asetilsalisilat(Ebel, 1992).
     Akhir-akhir ini pada penggunaan asam asetilsalisilat juga diamati reaksi alergi. Kemungkinan sensibilisasi ini disebabkan adanya sedikit (<0,05%) anhidrida asam asetilsalisilat, yang dengan gugus amino protein dapat bereaksi. Juga asetil salisil-asam salisilat dapat bereaksi dengan gugus amino dan menyebabkan rasa alergi (Ebel, 1992).

II.7 Analisis
     Untuk reaksi  identifikasi semua turunan asam salisilat yang tersubstitusi bukan pada gugus hidroksi fenolik, dapat digunakan reaksi terkenal dengan ion Fe3+. Disini akanterjadi warna biru sampai merah ungu, yang kadang-kadang tergantung dari pelarut dan pH. Sebagai turunan hidrokhinon, turunan asam gentisat mereduksi larutan Fehling(Ebel, 1992).
     Untuk penentuan kuantitatif terutama digunakan metode titrasi asidimetri, yaitu pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa atau bromometri, yaitu penentuan kadar senyawa berdasarkanreaksi reduksi-oksidasi dimana proses titrasi (reaksi antara reduktor dan bromine berjalan lambat) sehingga dilakukan titrasi secara tidak langsung dengan menambahkan bromine berlebih.(Ebel, 1992).
Metil Salisilat dan Metil Benzoat adalah 2 dari Ester aromatis, yang dalam bidang industri digunakan sebagai parfum dan perasa. Bau dan rasa Metil Salisilat seperi tanaman Gandapura, salah satu dari Ester yang paling penting dari Asam Salisilat yaitu dibentuk dari Asam Asetik. (Fessenden, 1994)
Asam Acetyl Salicylic atau yang biasa disebut aspirin adalah biasanya digunakan untuk antiseptic dan obat analgesic (menimbulkan rasa sesak di kulit). Salah satu obat-obatan untuk mengurangi sakit kepala ringan dan nyeri akibat rematik dan arthritis yang mengandung kombinasi aspirin dengan obat-obatan farmasi lainnya. (Fessenden, 1994).
Metil Salisilat diidentifikasi oleh komponen utama minyak dari tanaman dintergen (gaultheria procumbens) in 1843. Metil Salisilat didapatkan oleh esterifikasi langsung dari Asam Salisilat dengan Metil Alkohol. (Fessenden, 1994).
Metil salisilat merupakan suatu ester aromatik yang merupakan turunan dari asam salisilat yang digunakan dalam pembuatan parfum dan perasa. Senyawa-senyawa ester kebanyakan merupakan senyawa yang berbau harum. Metil salisilat dapat dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan methanol, menggunakan katalis asam sulfat (H2SO4).(Fessenden, 1994)
 Selain itu, dalam menghitung persen kesalahan dari percobaan pembuatan metil salisilat yaitu:


Persen kesalahan biasanya digunakan untuk mengetahui suatu hasil dari metil salisilat. Biasanya kesalahan ini dikarenakan oleh bertambahnya halangan sterik dalam zat antara dan laju pembentukan ester akan menurun sehingga rendemen esternya pun berkurang. Alasanya ialah karena esterifikasi itu merupakan suatu reaksi yang bersifat reversible dimana reaksi dapat terjadi bolak-balik. Mungkin pada saat dilakukannya pengocokan kurang lama untuk reaksi asam salisilat dan metanol dengan katalis asam sulfat pekat sehingga asam salisilat belum bereaksi secara keseluruhan dengan metanol.
    
II.8 Metanol
Metanol, juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus, adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Ia merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada "keadaan atmosfer" ia berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol). metanol digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan additif bagi etanol industri.
Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri. Hasil proses tersebut adalah uap metanol (dalam jumlah kecil) di udara. Setelah beberapa hari, uap metanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan sinar matahari menjadi karbon dioksida dan air.
Reaksi kimia metanol yang terbakar di udara dan membentuk karbon dioksida dan air adalah sebagai berikut:

2 CH3OH + 3 O2 → 2 CO2 + 4 H2O

Api dari metanol biasanya tidak berwarna. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati bila berada dekat metanol yang terbakar untuk mencegah cedera akibat api yang tak terlihat.
Karena sifatnya yang beracun, metanol sering digunakan sebagai bahan additif bagi pembuatan alkohol untuk penggunaan industri; Penambahan "racun" ini akan menghindarkan industri dari pajak yang dapat dikenakan karena etanol merupakan bahan utama untuk minuman keras (minuman beralkohol). Metanol kadang juga disebut sebagai wood alcohol karena ia dahulu merupakan produk samping dari distilasi kayu. Saat ini metanol dihasilkan melului proses multi tahap. Secara singkat, gas alam dan uap air dibakar dalam tungku untuk membentuk gas hidrogen dan karbon monoksida; kemudian, gas hidrogen dan karbon monoksida ini bereaksi dalam tekanan tinggi dengan bantuan katalis untuk menghasilkan metanol. Tahap pembentukannya adalah endotermik dan tahap sintesisnya adalah eksotermik.

II.9 Asam Sulfat (H2SO4)
Asam sulfat, H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia. Produksi dunia asam sulfat pada tahun 2001 adalah 165 juta ton, dengan nilai perdagangan seharga US$8 juta. Kegunaan utamanya termasuk pemrosesan bijih mineral, sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak.
Asam sulfat murni yang tidak diencerkan tidak dapat ditemukan secara alami di bumi oleh karena sifatnya yang higroskopis. Walaupun demikian, asam sulfat merupakan komponen utama hujan asam, yang terjadi karena oksidasi sulfur dioksida di atmosfer dengan keberadaan air (oksidasi asam sulfit). Sulfur dioksida adalah produk sampingan utama dari pembakaran bahan bakar seperti batu bara dan minyak yang mengandung sulfur (belerang).
Asam sulfat terbentuk secara alami melalui oksidasi mineral sulfida, misalnya besi sulfida. Air yang dihasilkan dari oksidasi ini sangat asam dan disebut sebagai air asam tambang. Air asam ini mampu melarutkan logam-logam yang ada dalam bijih sulfida, yang akan menghasilkan uap berwarna cerah yang beracun. Oksidasi besi sulfida pirit oleh oksigen molekuler menghasilkan besi(II), atau Fe2+:
2 FeS2 + 7 O2 + 2 H2O → 2 Fe2+ + 4 SO42− + 4 H+
Fe2+ dapat kemudian dioksidasi lebih lanjut menjadi Fe3+:
4 Fe2+ + O2 + 4 H+ → 4 Fe3+ + 2 H2O
Fe3+ yang dihasilkan dapat diendapkan sebagai hidroksida:
Fe3+ + 3 H2O → Fe(OH)3 + 3 H+
Besi(III) atau ion feri juga dapat mengoksidasi pirit. Ketika oksidasi pirit besi(III) terjadi, proses ini akan berjalan dengan cepat. Nilai pH yang lebih rendah dari nol telah terukur pada air asam tambang yang dihasilkan oleh proses ini.

II.10 Kegunaan Asam Sulfat
Asam sulfat merupakan komoditas kimia yang sangat penting, dan sebenarnya pula, produksi asam sulfat suatu negara merupakan indikator yang baik terhadap kekuatan industri negara tersebut.[5] Kegunaan utama (60% dari total produksi di seluruh dunia) asam sulfat adalah dalam "metode basah" produksi asam fosfat, yang digunakan untuk membuat pupuk fosfat dan juga trinatrium fosfat untuk deterjen. Pada metode ini, batuan fosfat digunakan dan diproses lebih dari 100 juta ton setiap tahunnya. Bahan-bahan baku yang ditunjukkan pada persamaan di bawah ini merupakan fluorapatit, walaupun komposisinya dapat bervariasi. Bahan baku ini kemudian diberi 93% asam suflat untuk menghasilkan kalsium sulfat, hidrogen fluorida (HF), dan asam fosfat. HF dipisahan sebagai asam fluorida. Proses keseluruhannya dapat ditulis:

Ca5F(PO4)3 + 5 H2SO4 + 10 H2O → 5 CaSO4•2 H2O + HF + 3 H3PO4

Asam sulfat digunakan dalam jumlah yang besar oleh industri besi dan baja untuk menghilangkan oksidasi, karat, dan kerak air sebelum dijual ke industri otomobil. Asam yang telah digunakan sering kali didaur ulang dalam kilang regenerasi asam bekas (Spent Acid Regeneration (SAR) plant). Kilang ini membakar asam bekas dengan gas alam, gas kilang, bahan bakar minyak, ataupun sumber bahan bakar lainnya. Proses pembakaran ini akan menghasilkan gas sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3) yang kemudian digunakan untuk membuat asam sulfat yang "baru".
Amonium sulfat, yang merupakan pupuk nitrogen yang penting, umumnya diproduksi sebagai produk sampingan dari kilang pemroses kokas untuk produksi besi dan baja. Mereaksikan amonia yang dihasilkan pada dekomposisi termal batu bara dengan asam sulfat bekas mengijinkan amonia dikristalkan keluar sebagai garam (sering kali berwarna coklat karena kontaminasi besi) dan dijual kepada industri agrokimia.
Kegunaan asam sulfat lainnya yang penting adalah untuk pembuatan aluminium sulfat. Alumunium sulfat dapat bereaksi dengan sejumlah kecil sabun pada serat pulp kertas untuk menghasilkan aluminium karboksilat yang membantu mengentalkan serat pulp menjadi permukaan kertas yang keras. Aluminium sulfat juga digunakan untuk membuat aluminium hidroksida. Aluminium sulfat dibuat dengan mereaksikan bauksit dengan asam sulfat:
Al2O3 + 3 H2SO4 → Al2(SO4)3 + 3 H2O
Asam sulfat juga memiliki berbagai kegunaan di industri kimia. Sebagai contoh, asam sulfat merupakan katalis asam yang umumnya digunakan untuk mengubah sikloheksanonoksim menjadi kaprolaktam, yang digunakan untuk membuat nilon. Ia juga digunakan untuk membuat asam klorida dari garam melalui proses Mannheim. Banyak H2SO4 digunakan dalam pengilangan minyak bumi, contohnya sebagai katalis untuk reaksi isobutana dengan isobutilena yang menghasilkan isooktana.


BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Variabel Percobaan:
1. Asam salisilat salisilat 28 gram
2. H2SO4
3. Metanol

III.2 Alat dan Bahan yang digunakan :
   Alat Percobaan :
1. Gelas ukur
2. Gelas arloji
3. Spatula
4. Pipet
5. Cawan porselin
6. Picnometer
7. Corong
8. Perangkat sokhlet
9. Perangkat destilasi
10. Timbangan elektrik
11. Oven
12. Corong pemisah
Bahan yang digunakan :
1.    Asam salisilat
2.    Metanol
3.    H2SO4
4.    Aquades

III.3 Prosedur Percobaan :
1.  Masukkan asam salisilat 28 gram (0,2 mol ) kedalam labu destilasi.
2.  Menambahkan metanol 81 mL, kocok hingga asam salisilat larut seluruhnya.
3.  Menambahkan H2SO4 8 mL, kocok hingga tercampur.
4.  Panaskan selama 5 jam, dan jaga jangan sampai metanol menguap ke udara.
5.  Destilasi campuran tersebut, sampai metanol sebagai destilat tidak menetes lagi.
6.  Masukan residu dalam corong pemisah dan tambahkan 200 mL aquades, kocok hingga metil  salisilat dan  aquades terpisah.
7.  Pisahkan metil salisilat, masukan dalam cawan porselin lalu oven hingga kadar airnya habis.
8.  Dinginkan dalam desikator.
9.  Timbang hasil oven dan masukan dalam piknometer.


BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Percobaan
Tabel IV.1 HasilPercobaan
Asam Salisilat (gram)
Metanol
(mL)
Hasil

28

81
Metanol
Metil Salisilat
55 mL
40.193 gram





IV.2 Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui cara mensintesis metil salisilat dari asam salisilat dan metanol melalui reaksi esterifikasi dan menghitung rendeman metil salisilat yang terbemtuk dari sintesi metil salisilat.
Asam salisilat (asam orto hidroksi benzoat) merupakan asam yang bersifat iritan lokal, yang dapat digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan yang digunakan sebagai obat luar, yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat dan ester salisilat dari asam organik. Di samping itu digunakan pula turunannya yaitu garam salisilat, misalnya metil salisilat. Metil salisilat adalah salah satu turunan dari asam salisilat. Metil salisilat adalah cairan kuning kemerahan dengan bau wintergreen. Tidak larut dalam air tetapi larut dalam alkohol dan eter (Natalia, 2014).
Pembentukan metil salisilat dibuat dengan prinsip esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam kuat dan alkohol membentuk ester. Ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus –CO2R dengan R dapat berupa alkil maupun aril. Pada sintesis metil salisilat ini terjadi reaksi esterifikasi yaitu antara asam salisilat dan metanol berlebih dengan katalis asam sulfat (H2SO4) pekat pada suhu 68-700C sampai metanol yang tersisa sudah terpisahkan dari metil salisilat yang terbentuk. Pada penambahan metanol berlebih bertujuan untuk memperoleh rendemen tinggi dari suatu reaksi esterifikasi karena kesetimbangan akan bergeser ke arah sisi ester (sebelah kanan) dan penambahan katalis asam sulfat (H2SO4) pekat bertujuan untuk memepercepat suatu reaksi dari esterifikasi.
Pada reaksi esterifikasi bersifat reversible dan untuk memperoleh rendemen tinggi dari metil salisilat, maka kesetimbangan harus digeser ke arah metil salisilat (kanan). Satu teknik untuk mencapai nilai adalah dengan menggunakan zat pereaksi metanol berlebih. Mekanisme reaksi sintesis metil salisilat dari asam salisilat yaitu pertama, asam karboksilat menerima proton dari katalis asam sulfat.Asam sulfat merupakan cairan tak berwarna dan dapat bercampur dengan air dalam semua perbandingan dengan melepaskan panas yang banyak sekali. Oleh karena itu, asam sulfat pekat dapat berfungsi sebagai katalis dengan menurunkan energi aktifasi melalui pelepasan panas karena reaksi dapat berlangsung cepat dengan suhu yang tinggi (Vogel, 1959).
Kedua, alkohol menyerang gugus karbonil yang terprotonasi. Kemudian, sebuah proton hilang pada oksigen dan bergabung dengan yang lainnya. Agar reaksi berjalan kearah kanan maka salah satu reaktan yaitu metanol dibuat berlebih.
Ketiga, terjadi eliminasi air pada salah satu gugus karboksilat sehingga membentuk suatu metil salisilat.
Setelah proses destilasi selesai maka dilakukan pencucian pada metil salisilat yang didapatkan dari hasil destilasi. Pencucian dilakukan dengan menggunakan corong pemisah. Pencucian dilakukan dengan tujuan untuk membersihkan sisa-sisa metanol, air dan H2SO4 pada metil salisilat sehingga didapatkan metil salisilat dengan kadar kemurnian yang lebih tinggi.
Pencucian dilakukan dengan menggunakan pelarut air karena metanol dapat larut dengan air. Kelarutan metanol dalam air langsung disebabkan oleh ikatan hidrogen anatara gugus alkohol dengan dan air. Bila rantai hidrokarobon cukup panjang, sifat hidrofob dari metanol dapat mengalahkan sifat hidrofil gugus hidroksi (fessenden, 1981). 
Sehingga pada pencucian, metanol yang tersisa akan larut dalam pelarut aquadest dan akhirnya akan membentuk dua lapisan pada corong pemisah. Lapisan atas berupa cairan dan lapisan berupa pasta. Metil salisilat memiliki sifat-sifat fisik, diantaranya yaitu cairan kuning kemerahan dengan bau wintergreen. Tidak larut dalam air tetapi larut dalam alkohol dan eter.
Metil salisilat yang didapatkan kemudian dipanaskan pada suhu 70-80oC selama 10 menit untuk menguapkan sisa air dan metanol yang terdapat pada metil salisilat. Kemudian mengangin-anginkan metil salsilat ke udara dan memasukkannya ke dalam desikator untuk menyerap CO2 yang ada. Kemudian menimbang metil salisilat yang terbentuk pada desikator hingga berat yang diperoleh konstan.
     Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada sintesis metil salisilat dari asam salisilat secara eseterifaksi, maka didapatkan metil salisilat sebesar 40,193 gram dengan persen rendemen sebesar 45,1 %.
Persen kesalahan yang didapatkan besar dikarenakan bertambahnya halangan sterik dalam zat antara dan laju pembentukan ester akan menurun sehingga rendemen esternya pun berkurang. Alasanya ialah karena esterifikasi itu merupakan suatu reaksi yang bersifat reversible dimana reaksi dapat terjadi bolak-balik. Mungkin pada saat dilakukannya pengocokan kurang lama untuk reaksi asam salisilat dan metanol dengan katalis asam sulfat pekat sehingga asam salisilat belum bereaksi secara keseluruhan dengan metanol.



BAB V
KESIMPULAN

   Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan :
1.  Metil salisilat bias didapat dari reaksi antara asam salisilat dengan metanol dan dengan penambahan katalis asam sulfat (H2SO4).
2.  Dalam sintesis Metil Salisilat suhu harus dikontrol selama destilasi, apabila suhu tersebut sudah berada diatas 70o karena jika lebih yang menguap bukanlah metanol.
3.  Didapatkan sisa metanol setelah didestilasi sebesar 55 ml Dan sedangkan massa metil salisilat yang dihasilkan sebesar 40,192 gram.
4.  Metil salisilat yang dihasillkan secara organoleptik masih kurang, yaitu kesalahan teknis disaat penambahan katalis asam sulfat (H2SO4) yang berkonsentrasi kecil yaitu 0,2 N seharusnya menggunakan katalis asam sulfat pekat (H2SO4).


DAFTAR PUSTAKA
Fessenden & Fessenden, “ Kimia Organik” edisi ketiga jilid 2. Erlangga. Jakarta.1992.
Keenan, Kleinferter. ” Kimia Untuk Universitas”. Edisi ke enam jilid 2. Erlangga. Jakarta.1992.
Vogel, ”Analisa Anorganik Kualitatif Mikro dan Semimakro”, edisi ke lima, bagian 2. 1998.
Vogel’s “Text book of Practical Organic Chemistry” edisi keempat, Logman-New York. 1978.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar