Selasa, 17 Juni 2014





Membabngun Kesiapan

INDONESIA DALAM AEC


AEC dan Kesiapan Indonesia

(ASEAN Economic Comunity) adalah salah satu langkah ASEAN untuk meningkatkan daya saing dan berperan aktif dalam economic global. Salah satu tujuannya adalah menciptakan kawasan ekonomi ASEAN yang stabil, makmur, dan memiliki daya saing yang tinggi dan yang ditandai dengan arus lalu lintas barang, jasa, dan investasi yang bebas.
Terwujudnya ASEAN Economic Comunity (AEC) pada tahun 2015 memberikan kesempatan kerja seluas-luasnya bagi masyrakat negara ASEAN. Masing-masing warga negara ASEAN bebas keluar masuk antar negara ASEAN dalam rangka mendapatkan pekerjaan tanpa adanya hambatan dari negara yang dituju. Namun yang menjadi catatan besar adalah pembahasan tenaga kerja dalam AEC Blueprint yang hanya dibatasi pengaturan khusus tenaga kerja terampil (Skilled Labor) dan tidak ada pembebasan terkait tenaga tidak terampil (Unskilled Labor). Skilled Labor dapat diartikan sebagai pekerja yang memiliki ketrampilan atau keahlian khusus, pengetahuan, dan kemampuan dibidangnya.
AEC Blueprint memberikan peluang tantangan tersendiri bagi Indonesia mengingat jumlah populasi Indonesia sebesar 40% dari total seluruh populasi ASEAN. Jumlah angkatan kerjapun mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahun, ditambah lagi dengan dinamika bonus demografi . Peluang yang sangat besar bagi bangsa Indonesia untuk menguasai pasar kerja ASEAN atau dunia. Namun disisi lain, ketrampilan angkatan kerja Indonesia masih menjadi mimpi buruk yang dapat menghancurkan peluang diatas. Oleh karena itulah, segala dinamika dan permasalahan yang terjadi pada angkatan kerja Indonesia perlu mendapatkan perhatian dan kajian yang lebih khusus agar Indonesi mmpu bersaing dengan negara ASEAN. Lain, maupun negara-negara di dunia.
Oleh karena itu, dalam perwujudan AEC pad tahun 2015, seluruh negara ASEAN harus melakukan liberalissi perdagangan barang, jasa, investasi, tenaga kerja yang terampil, dan arus modal yang lebih bebas, seperti apa yang sudah digariskan dalam AEC.


Sabtu, 14 Juni 2014







KIMIA ORGANIK


   LABORATORIUM






              Percobaan :  Bilangan Peroksida
         
           Penulis :  Maulana Adi Wibowo    (2313 030 025)           


             Tanggal Percobaan         : 15 Mei 2014
             Tanggal Penyerahan       : 15 Mei 2014
             Dosen Pembimbing        : Warlinda Eka Triastuti, S.Si. MT.
             Asisten Laboratorium     : Didik Mujayadi. Amd


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
                                                 2014




ABSTRAKSI

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui dan menhitung angka bilangan peroksida dalam sampel dan untuk mengetahui pengaruh bilangan bilangan peroksida pada mutu sampel.
Prosedur percobaan dari penentuan angka peroksida adalah pertama menimbang minyak sebanyak 5 gram dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml bertutup, ditambahkan 30 ml pelarut yang terdiri dari asam asetat glasial: kloroform (3:2), mengocok larutan sampai minyak larut, setelah minyak larut, tambahkan 0,5 ml larutan KI jenuh dan di tutup rapat sambil dikocok. Diamkan selama 1 menit dengan kadang digoyangkan, ditambahkan 30 ml aquadest. (Warna kuning jernih berubah menjadi kuning keruh), kemudian titrasi dengan larutan Na2S2O3 0,01 N sampai warna kuning hampir hilang (kocok dengan kuat). Catatan: titrasikan sampai warna kuning hampir hilang tapi jangan sampai warna kuning menjadi benar-benar hilang karena saat penambahan amilum tidak akan terjadi perubahan warna menjadi biru, ditambahkan 0,5 ml amilum 1 %. Campuran berubah menjadi biru gelap, lanjutkan titrasi sampai titik ekivalen yaitu tepat saat warna biru hilang.
Hasil perhitungan bilangan peroksida yang terdapat pada sampel Minyak Goreng Curah (Jelantah) dari kantin D3 FTI  yaitu sebesar 3,84 meq peroksid/kg, dan pada sampel Minyak goreng Curah (Jelantah) dari penjualgorengan di daerah Gebang yaitu sebesar 2,08 meq peroksid/kg. Jika jumlah peroksida lebih dari 100 meq peroksid/kg minyak akan bersifat sangat beracun dan mempunyai bau yang tidak enak. Bilangan peroksida yang tinggi mengindikasikan lemak atau minyak sudah mengalami oksidasi, namun pada angka yang lebih rendah bukan selalu berarti menunjukkan kondisi oksidasi yang masih dini. Penggunaan suhu tinggi selama penggorengan memacu terjadinya oksidasi minyak.

Rabu, 11 Juni 2014




KIMIA ORGANIK


LABORATORIUM








              Percobaan :  METIL SALISILAT
         
              Penulis :
                  Maulana Adi Wibowo           NRP. 2313 030 025

            

             Tanggal Percobaan         : 9 Mei 2014
             Tanggal Penyerahan       : 9 Mei 2014
             Dosen Pembimbing        : Warlinda Eka Triastuti, S.Si. MT.
             Asisten Laboratorium     : Didik Mujayadi. Amd



PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
                                                  2014





ABSTRAKSI

Percobaan pembuatan metil salisilat bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan metil salisilat dengan metode pemanasan reflak tegak dan destilasi.
Untuk pembuatan metil salisilat ini dilakukan dengan cara menimbang asam salisilat sebanyak 28 gram, kemudian memasukkan 28 gram (0,2 mol) kedalam labu destilat dan mencampurkan dengan metanol sebanyak 81 mL serta asam sulfat (H2SO4) sebanyak 8 mL. Mengocok campuran asam salisilat, metanol, dan H2SO4 hingga larut, agar dapat terbentuk metil salisilat. Proses selanjutnya adalah mendestilasi campuran asam salisilat, metanol, dan H2SO4 selama 2,5 jam dengan suhu 70O C serta memastikan metanol tidak lagi menetes. Kemudian residu dari metil salisilat pada labu destilat dimasukan pada corong pemisah dengan menambahkan 150 mL aquadest dan mengocoknya hinga tercampur rata. Kemudian memisahkan metil salisilat ke dalam cawan porselin dan mengovennya sehingga kadar air yang terkandung di dalam metil salisilat habis. Proses selanjutnya adalah mendinginkan metil salisilat yang sudah dioven ke dalam desikator agar suhunya berubah menjadi suhu ruangan. Tahap terakhir adalah menimbang metil salisilat agar didapatkan berat metil salisilat yang dihasilkan.

Dari hasil percobaan tersebut didapatkan berat produk metil salisilat sebesar 40,193 gram, dengan persen kesalahan 45,91%. sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa semakin lama pemanasan dengan reflak tegak, maka reaksi yang terjadi antara asam salisilat, metanol, dan H2SO4 untuk menghasilkan metil salisilat semakin sempurna.